Jumat, 03 Januari 2014

makalah
Teori Belajar Humanistik dan Aplikasinya dalam Pembelajaran

 Ahmad Fadil


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Belajar bukan hanya menghafal dan bukan pula mengingat, tetapi belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri siswa. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuanya, sikap dan tingkah laku ketrampilan, kecakapanya, kemampuannya, daya reaksinya dan daya penerimaanya. Jadi belajar adalah suatu proses yang aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada pada siswa. Belajar merupakan suatu proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui situasi yang ada pada siswa.
Untuk membantu terselenggaranya suatu proses pembelajaran di kelas yang baik, diperlukan adanya suatu teori belajar. Penggunaan teori belajar yang salah akan mengakibatkan terjadinya hambatan dalam proses pembelajaran. Penerapan teori belajar di kelas membutuhkan pemahaman yag mendalam terhadap teori tersebut dan rasa senang untuk menggunakan dan mengembangknnya secara tepat guna dengan kondisi di Indonesia.

Banyak teori belajar yang dapat digunakan para guru untuk berbagai keperluan belajar dan proses pembelajaran, antara lain teori pembelajaran behavioristik, kognitif, dan humanistik. Setiap teori belajar mempunyai tokoh- tokoh penting yang berbeda- beda. Seperti pada teori belajar humanistik, terdapat tokoh- tokoh penting secara teoritik, antara lain Kolb, Honey dan Mumford, Hibermas dan, Bloom dan Krathwoh
Untuk memahami lebih lanjut maka dalam makalah ini akan membahas mengenai Teori Belajar Humanistik.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan teori belajar humanistik?
2.      Siapa saja tokoh-tokoh ahli teori belajar humanistik?
3.      Apa prinsip teori belajar humanistik?
4.      Bagaimana aplikasi teori belajar humanistik dalam pembelajaran
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian teori belajar humanistik
2.      Untuk mengetahui tokoh-tokoh teori humanistik
3.      Untuk mengetahui prinsip-prinsip teori humanistik
4.      Untuk mengetahui aplikasi teori humanistik dalam pembelajaran




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Teori Humanistik
Teori humanistik adalah suatu teori yang menekankan bahwa proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Dalam teori ini sangat sangat mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses belajar itu sendiri.
Teori humanistik adalah teori yang bertujuan untuk memanusiakan manusia yaitu dengan mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang belajar secara optimal untuk mencapai sikap kreatifitas dalam dirinya.
Teori ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan. Dengan kata lain,teori ini lebih tertarik pada pengertian belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada pemahaman tentang proses belajar sebagaimana apa adanya,seperti yang dikaji oleh teori-teori belajar lainnya.
Menurut teori ini tujuan utama para pendidik adalah membantu siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Menurut teori humanistik tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika siswa telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Dengan kata lain, siswa telah mampu mencapai aktualisasi diri secara optimal. Teori humanistik cenderung bersifat eklektik, maksudnya teori ini dapat memanfaatkan teori apa saja asal tujuannya tercapai.
Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
B.     Tokoh-tokoh Teori Humanistik
1.      Kolb, dengan konsepnya empat tahap dalam belajar, yaitu : pengalaman konkret, pengalaman aktif dan reflektif, konseptualisasi, dan eksperimentasi aktif.
a.       Tahap pengalaman konkret
Pada tahap paling awal dalam peristiwa belajar adalah seseorang mampu atau dapat mengalami suatu peristiwa atau suatu kejadian sebagai mana adanya. Ia dapat melihat dan merasakannya, dapat menceriterakan peristiwa tersebut sesuai dengan apa yang dialaminya. Namun dia belum memiliki kesadaran tentang hakikat dari peristiwa tersebut. Ia hanya dapat merasakan kejadian tersebut apa adanya, dan belum dapat memahami serta menjelaskan bagaimana peristiwa itu terjadi. Ia juga belum dapat memahami mengapa peristiwa tersebut harus terjadi seperti itu.
b.      Tahap pengalaman aktif dan reflektif
Pada tahap ini sudah ada observasi terhadap peristiwa yang dialami, mencari jawaban, melaksanakan refleksi, mengembangkan pertanyaan- pertanyaan bagaimana peristiwa terjadi, dan mengapa terjadi.
c.       Tahap konseptualisasi
Pada tahap ini seseorang sudah berupaya membuat sebuah abstraksi, mengembangkan suatu teori, konsep, prosedur tentang sesuatu yang sedang menjadi objek perhatian.
d.      Tahap eksperimentasi aktif
Pada tahap ini sudah ada upaya melakukan eksperimen secara aktif, dan mampu mengaplikasikan konsep, teori ke dalam situasi nyata. Pada dasarnya, tahap-tahap tersebut berlangsung diluar kesadaran orang yang belajar, (begitu saja terjadi).
2.      Honey dan Mumford, menggolongkan siswa menjadi 4 yaitu : aktivis, reflektor, teoris, dan pragmatis.
a.       Kelompok aktivis
Orang-orang yang termasuk ke dalam kelompok aktivis adalah mereka yang senang melibatkan diri dan berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh pengalaman-pengalaman baru. Dalam kegiatan belajar, orang-orang demikian senang pada hal-hal yang sifatnya penemuan-penemuan baru, seperti pemikiran baru, pengalaman baru, dan sebagainya, sehingga metode yang cocok adalah problem solving, brainstorming. Namun mereka akan cepat bosan dengan kegiatan-kegiatan yang implementasinya memakan waktu lama.
b.      Kelompok reflector
Dalam melakukan tindakan, orang-orang tipe reflector sangat berhati-hati dan penuh pertimbangan. Pertimbangan baik-buruk, untung-rugi, selalu diperhitungkan dengan cermat dalam memutuskan sesuatu. Orang-orang demikian tidak mudah dipengaruhi, sehingga cenderung bersifat konservatif.
c.       Kelompok teoris
Orang-orang tipe teoris memiliki kecenderungan yang sangat kritis. Mereka suka menganalisis, berpikir rasional dengan menggunakan penalarannya. Segala sesuatu dikembalikan kepada teori dan konsep-konsep atau hukum-hukum. Mereka tidak menyukai pendapat atau penilaian yang sifatnya subyektif. Dalam melakukan memutuskan sesuatu kelompok teoris penuh dengan pertimbangan, sangat skeptif dan tidak menyukai hal-hal yang bersifat spekulatif.
d.      Kelompok pragmatis
Orang-orang tipe pragmatis memiliki sifat-sifat yang praktis. Mereka tidak suka berpanjang lebar dengan teori-teori, konsep-konsep, dalil-dalil dan sebagainya. Bagi mereka yang penting adalah aspek-aspek praktis. Sesuatu hanya bermanfaat jika dipraktekkan. Bagi mereka , sesuatu adalah baik dan berguna jika dapat dipraktekkan dan bermanfaat dalam kehidupan.
3.      Hubermas, membedakan tiga macam atau tipe belajar yaitu : belajar teknis, belajar praktis, dan belajar emansipatoris.
a.       Belajar teknis
Yang dimaksud dengan belajar tekhnis adalah bagaimana anak dapat berinterakasi dengan alam dan lingkungan sekitarnya dengan benar. Pengetahuan dan keterampilan apa yang dibutuhkan agar mereka dapat menguasai dan mengelola lingkungan alam dengan baik. Oleh sebab itu ilmu-ilmu alam atau sains amat dipentingkan dalam belajar tekhnis.
b.      Belajar praktis
Yang dimaksud dengan belajar praktis adalah bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan orang disekelilingnya dengan baik. Kegiatan belajar ini lebih mengutamakan terjadinya interaksi yang harmonis antar sesama manusia. Untuk itu, ilmu yang berhubungan dengan sosiologi, komunikasi, psikologi, antropologi dan semacamnya.
c.       Belajar emansipatoris
Belajar emansipatoris menekankan upaya agar seseorang mencapai suatu pemahaman dan kesadaran yang tinggi akan terjadinya perubahan atau transformasi budaya dalam lingkungan sosialnya. Dengan pengertian demikian maka dibutuhkan pengetahuan dan ketrampilan serta sikap yang benar untuk mendukung terjadinya transformasi kultural tersebut.
4.      Bloom dan Krathwoh, dengan tiga kawasan tujuan belajar yaitu kognitif, psikomotoris, dan afektif.
C.    Prinsip-prinsip Teori Humanistik
Dari buku karangan Carl Rogers “Freedom To Learn” , beliau menjelaskan sejumlah prinsip-prinsip dasar Teori Humanistik yang penting diantaranya ialah:
1.      Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.
2.      Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
3.      Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
4.      Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
5.      Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
6.      Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
7.      Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.
8.      Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam.
9.      Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.
10.  Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.
D.    Aplikasi Teori Humanistik dalam Pembelajaran
Semua tujuan pendidikan di arahkan pada terbentuknya manusia yang ideal, manusia yang di cita - citakan, yaitu manusia yang mampu mencapai aktualisasi diri. Maka sangat perlu diperhatikan perkembangan peserta didik dalam mengaktualisasikan dirinya serta realisasi diri. Pengalaman emosional dan karakteristik khusus individu dalam belajar perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran. Karena seseorang akan dapat belajar dengan baik jika mempunyai pengertaian tentang dirinya sendiri dan dapat membuat pilihan - pilihan secara bebas ke arah mana ia akan berkembang.
Teori humanistik akan sangat membantu para pendidik dalam memahami arah belajar pada dimensi yang lebih luas, sehingga upaya pembelajaran apapun dan pada konteks manapun akan selalu diarahkan dan dilakukan untuk mencapai tujuannya. Meskipun teori humanistik ini masih sukar untuk diterjemahkan kedalam langkah-langkah pembelajaran yang praktis dan operasional, namun sumbangan teori ini sangat besar. Ide-ide, konsep-konsep tujuan yang telah dirumuskannya dapat membantu para pendidik dan guru untuk memahami hakekat kejiwaan manusia.
Dalam prakteknya teori humanistik ini cenderung mengarahkan siswa untuk berpikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. Oleh karena itu, walaupun secara eksplisit belum ada pedoman baku tentang langkah-langkah pembajaran dengan pendekatan humanistik, namun paling tidak langkah-langkah pembelajaran yang dikemukakan oleh Suciati dan Prasetya Irawan (2001) dapat digunakan sebagai acuan. Langkah-langkah yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1.      Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
2.      Menentukan materi pelajaran
3.      Mengidentifikasi kemampuan awal siswa
4.      Mengidentifikasi topik-topik pelajaran yang memungkinkan siswa secara aktif melibatkan diri atau mengalami dalam belajar.
5.      Merancang fasilitas belajar seperti lingkungan dan media pembelajaran
6.      Membimbing siswa belajar secara aktif
7.      Membimbing siswa untuk memahami hakikat makna dari pengalaman belajarnya
8.      Membimbing siswa membuat konseptualisasi pengalaman belajarnya
9.      Membimbing siswa dalam mengaplikasikan konsep-konsep baru ke situasi nyata
10.  Mengevaluasi proses dan hasil belajar
.



BAB III
PEENUTUP
Kesimpulan
Teori humanistik adalah suatu teori yang menekankan bahwa proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Dalam teori ini sangat sangat mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses belajar itu sendiri.
Teori humanistik adalah teori yang bertujuan untuk memanusiakan manusia yaitu dengan mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang belajar secara optimal untuk mencapai sikap kreatifitas dalam dirinya.
Beberapa tokoh humanistic adalah, 1) Kolb, dengan konsepnya empat tahap dalam belajar, yaitu : pengalaman konkret, pengalaman aktif dan reflektif, konseptualisasi, dan eksperimentasi aktif. 2) Honey dan Mumford, menggolongkan siswa menjadi 4 yaitu : aktivis, reflektor, teoris, dan pragmatis. 3) Hibermas, membedakan tiga macam atau tipe belajar yaitu : belajar teknis, belajar praktis, dan belajar emansipatoris. Dan 4) Bloom dan Krathwoh, dengan tiga kawasan tujuan belajar yaitu kognitif, psikomotoris, dan afektif.
Dalam prakteknya teori humanistik ini cenderung mengarahkan siswa untuk berpikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar.




DAFTAR PUSTAKA
Budiningsih, C. Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT RINEKA CIPTA
Sugihartono,dkk. (2006). Psikologi Pendidikan.Yoyakarta: FIP UNY
Ariefian. 2010. Teori Belajar Humanistik. (online). http://ariefian84.wordpress.com/2010/07/21/teori-belajar-humanistik/
Diakses tanggal 27 oktober 2013
Diakses tanggal 27 oktober 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar