makalah
Teori Belajar Humanistik dan Aplikasinya dalam Pembelajaran
Ahmad Fadil
Teori Belajar Humanistik dan Aplikasinya dalam Pembelajaran
Ahmad Fadil
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar bukan hanya menghafal dan
bukan pula mengingat, tetapi belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan
adanya perubahan pada diri siswa. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat
ditunjukan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuanya, sikap dan
tingkah laku ketrampilan, kecakapanya, kemampuannya, daya reaksinya dan daya
penerimaanya. Jadi belajar adalah suatu proses
yang aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada pada siswa. Belajar
merupakan suatu proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui
situasi yang ada pada siswa.
Untuk
membantu terselenggaranya suatu proses pembelajaran di kelas yang baik,
diperlukan adanya suatu teori belajar. Penggunaan teori belajar yang salah akan
mengakibatkan terjadinya hambatan dalam proses pembelajaran. Penerapan teori
belajar di kelas membutuhkan pemahaman yag mendalam terhadap teori tersebut dan
rasa senang untuk menggunakan dan mengembangknnya secara tepat guna dengan
kondisi di Indonesia.
Banyak teori belajar yang dapat
digunakan para guru untuk berbagai keperluan belajar dan proses pembelajaran,
antara lain teori pembelajaran behavioristik, kognitif, dan humanistik. Setiap
teori belajar mempunyai tokoh- tokoh penting yang berbeda- beda. Seperti pada
teori belajar humanistik, terdapat tokoh- tokoh penting secara teoritik, antara
lain Kolb, Honey dan Mumford, Hibermas dan, Bloom dan Krathwoh
Untuk memahami lebih lanjut maka
dalam makalah ini akan membahas mengenai Teori Belajar Humanistik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan teori belajar humanistik?
2. Siapa saja tokoh-tokoh ahli teori belajar humanistik?
3. Apa prinsip teori belajar humanistik?
4. Bagaimana aplikasi teori belajar humanistik dalam
pembelajaran
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian teori belajar humanistik
2. Untuk mengetahui tokoh-tokoh teori humanistik
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip teori humanistik
4. Untuk mengetahui aplikasi teori humanistik dalam pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Humanistik
Teori humanistik adalah suatu teori yang menekankan bahwa proses belajar
harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri.
Dalam teori ini sangat sangat mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses
belajar itu sendiri.
Teori humanistik adalah teori yang bertujuan untuk memanusiakan manusia
yaitu dengan mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri
orang yang belajar secara optimal untuk mencapai sikap kreatifitas dalam
dirinya.
Teori ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan untuk
membentuk manusia yang dicita-citakan. Dengan kata lain,teori ini lebih
tertarik pada pengertian belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada
pemahaman tentang proses belajar sebagaimana apa adanya,seperti yang dikaji
oleh teori-teori belajar lainnya.
Menurut teori ini tujuan utama para pendidik adalah membantu siswa untuk
mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal
diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan
potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Menurut teori humanistik tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika siswa telah memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Dengan kata lain, siswa telah mampu mencapai
aktualisasi diri secara optimal. Teori humanistik cenderung bersifat eklektik,
maksudnya teori ini dapat memanfaatkan teori apa saja asal tujuannya tercapai.
Pembelajaran
berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi
pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan
sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan
aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar
dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
B. Tokoh-tokoh Teori Humanistik
1. Kolb, dengan konsepnya empat tahap dalam belajar, yaitu : pengalaman
konkret, pengalaman aktif dan reflektif, konseptualisasi, dan eksperimentasi
aktif.
a. Tahap pengalaman
konkret
Pada tahap
paling awal dalam peristiwa belajar adalah seseorang mampu atau dapat mengalami
suatu peristiwa atau suatu kejadian sebagai mana adanya. Ia dapat melihat dan
merasakannya, dapat menceriterakan peristiwa tersebut sesuai dengan apa yang
dialaminya. Namun dia belum memiliki kesadaran tentang hakikat dari peristiwa
tersebut. Ia hanya dapat merasakan kejadian tersebut apa adanya, dan belum
dapat memahami serta menjelaskan bagaimana peristiwa itu terjadi. Ia juga belum
dapat memahami mengapa peristiwa tersebut harus terjadi seperti itu.
b. Tahap
pengalaman aktif dan reflektif
Pada tahap ini sudah ada observasi terhadap peristiwa yang dialami, mencari
jawaban, melaksanakan refleksi, mengembangkan pertanyaan- pertanyaan bagaimana
peristiwa terjadi, dan mengapa terjadi.
c. Tahap konseptualisasi
Pada tahap ini seseorang sudah berupaya membuat sebuah abstraksi,
mengembangkan suatu teori, konsep, prosedur tentang sesuatu yang sedang menjadi
objek perhatian.
d. Tahap eksperimentasi
aktif
Pada tahap ini sudah ada upaya melakukan eksperimen secara aktif, dan mampu
mengaplikasikan konsep, teori ke dalam situasi nyata. Pada dasarnya,
tahap-tahap tersebut berlangsung diluar kesadaran orang yang belajar, (begitu
saja terjadi).
2.
Honey dan Mumford, menggolongkan siswa menjadi 4 yaitu : aktivis, reflektor, teoris,
dan pragmatis.
a.
Kelompok aktivis
Orang-orang
yang termasuk ke dalam kelompok aktivis adalah mereka yang senang melibatkan
diri dan berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan dengan tujuan untuk
memperoleh pengalaman-pengalaman baru. Dalam kegiatan belajar, orang-orang
demikian senang pada hal-hal yang sifatnya penemuan-penemuan baru, seperti
pemikiran baru, pengalaman baru, dan sebagainya, sehingga metode yang cocok
adalah problem solving, brainstorming. Namun mereka akan cepat bosan dengan
kegiatan-kegiatan yang implementasinya memakan waktu lama.
b.
Kelompok reflector
Dalam melakukan
tindakan, orang-orang tipe reflector sangat berhati-hati dan penuh
pertimbangan. Pertimbangan baik-buruk, untung-rugi, selalu diperhitungkan dengan
cermat dalam memutuskan sesuatu. Orang-orang demikian tidak mudah dipengaruhi,
sehingga cenderung bersifat konservatif.
c.
Kelompok teoris
Orang-orang
tipe teoris memiliki kecenderungan yang sangat kritis. Mereka suka
menganalisis, berpikir rasional dengan menggunakan penalarannya. Segala sesuatu
dikembalikan kepada teori dan konsep-konsep atau hukum-hukum. Mereka tidak
menyukai pendapat atau penilaian yang sifatnya subyektif. Dalam melakukan
memutuskan sesuatu kelompok teoris penuh dengan pertimbangan, sangat skeptif
dan tidak menyukai hal-hal yang bersifat spekulatif.
d.
Kelompok pragmatis
Orang-orang
tipe pragmatis memiliki sifat-sifat yang praktis. Mereka tidak suka berpanjang
lebar dengan teori-teori, konsep-konsep, dalil-dalil dan sebagainya. Bagi mereka
yang penting adalah aspek-aspek praktis. Sesuatu hanya bermanfaat jika
dipraktekkan. Bagi mereka , sesuatu adalah baik dan berguna jika dapat
dipraktekkan dan bermanfaat dalam kehidupan.
3.
Hubermas, membedakan tiga macam atau tipe belajar yaitu : belajar teknis,
belajar praktis, dan belajar emansipatoris.
a.
Belajar teknis
Yang dimaksud
dengan belajar tekhnis adalah bagaimana anak dapat berinterakasi dengan alam
dan lingkungan sekitarnya dengan benar. Pengetahuan dan keterampilan apa yang
dibutuhkan agar mereka dapat menguasai dan mengelola lingkungan alam dengan
baik. Oleh sebab itu ilmu-ilmu alam atau sains amat dipentingkan dalam belajar
tekhnis.
b.
Belajar praktis
Yang dimaksud
dengan belajar praktis adalah bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan orang
disekelilingnya dengan baik. Kegiatan belajar ini lebih mengutamakan terjadinya
interaksi yang harmonis antar sesama manusia. Untuk itu, ilmu yang berhubungan
dengan sosiologi, komunikasi, psikologi, antropologi dan semacamnya.
c.
Belajar emansipatoris
Belajar
emansipatoris menekankan upaya agar seseorang mencapai suatu pemahaman dan
kesadaran yang tinggi akan terjadinya perubahan atau transformasi budaya dalam
lingkungan sosialnya. Dengan pengertian demikian maka dibutuhkan pengetahuan
dan ketrampilan serta sikap yang benar untuk mendukung terjadinya transformasi
kultural tersebut.
4.
Bloom dan Krathwoh, dengan tiga kawasan tujuan belajar yaitu kognitif, psikomotoris,
dan afektif.
C. Prinsip-prinsip Teori Humanistik
Dari buku karangan Carl Rogers “Freedom To Learn” , beliau menjelaskan
sejumlah prinsip-prinsip dasar Teori Humanistik yang penting diantaranya ialah:
1.
Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.
2.
Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan
murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
3.
Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai
dirinya sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
4.
Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan
dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
5.
Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat
diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
6.
Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
7.
Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar
dan ikut bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.
8.
Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya,
baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang
mendalam.
9.
Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih
mudah dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik
dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang
penting.
10.
Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini
adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus
terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses
perubahan itu.
D. Aplikasi Teori Humanistik dalam Pembelajaran
Semua tujuan pendidikan di arahkan pada terbentuknya manusia yang ideal,
manusia yang di cita - citakan, yaitu manusia yang mampu mencapai aktualisasi
diri. Maka sangat perlu diperhatikan perkembangan peserta didik dalam
mengaktualisasikan dirinya serta realisasi diri. Pengalaman emosional dan
karakteristik khusus individu dalam belajar perlu diperhatikan dalam
merencanakan pembelajaran. Karena seseorang akan dapat belajar dengan baik jika
mempunyai pengertaian tentang dirinya sendiri dan dapat membuat pilihan -
pilihan secara bebas ke arah mana ia akan berkembang.
Teori humanistik akan sangat membantu para pendidik dalam memahami arah
belajar pada dimensi yang lebih luas, sehingga upaya pembelajaran apapun dan
pada konteks manapun akan selalu diarahkan dan dilakukan untuk mencapai tujuannya.
Meskipun teori humanistik ini masih sukar untuk diterjemahkan kedalam
langkah-langkah pembelajaran yang praktis dan operasional, namun sumbangan
teori ini sangat besar. Ide-ide, konsep-konsep tujuan yang telah dirumuskannya
dapat membantu para pendidik dan guru untuk memahami hakekat kejiwaan manusia.
Dalam prakteknya teori humanistik ini cenderung mengarahkan siswa untuk
berpikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan
siswa secara aktif dalam proses belajar. Oleh karena itu, walaupun secara eksplisit belum ada pedoman baku
tentang langkah-langkah pembajaran dengan pendekatan humanistik, namun paling
tidak langkah-langkah pembelajaran yang dikemukakan oleh Suciati dan Prasetya
Irawan (2001) dapat digunakan sebagai acuan. Langkah-langkah yang dimaksud
adalah sebagai berikut:
1.
Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
2.
Menentukan materi pelajaran
3.
Mengidentifikasi kemampuan awal siswa
4.
Mengidentifikasi topik-topik pelajaran yang memungkinkan siswa
secara aktif melibatkan diri atau mengalami dalam belajar.
5.
Merancang fasilitas belajar seperti lingkungan dan media
pembelajaran
6.
Membimbing siswa belajar secara aktif
7.
Membimbing siswa untuk memahami hakikat makna dari pengalaman
belajarnya
8.
Membimbing siswa membuat konseptualisasi pengalaman belajarnya
9.
Membimbing siswa dalam mengaplikasikan konsep-konsep baru ke
situasi nyata
10.
Mengevaluasi proses dan hasil belajar
.
BAB III
PEENUTUP
Kesimpulan
Teori
humanistik adalah suatu teori yang menekankan bahwa proses belajar harus
dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Dalam
teori ini sangat sangat mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses
belajar itu sendiri.
Teori humanistik adalah teori yang bertujuan untuk memanusiakan manusia yaitu
dengan mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang
yang belajar secara optimal untuk mencapai sikap kreatifitas dalam dirinya.
Beberapa tokoh
humanistic adalah, 1) Kolb, dengan konsepnya empat tahap dalam belajar, yaitu : pengalaman
konkret, pengalaman aktif dan reflektif, konseptualisasi, dan eksperimentasi
aktif. 2) Honey dan
Mumford, menggolongkan siswa menjadi 4 yaitu : aktivis, reflektor, teoris, dan
pragmatis. 3) Hibermas, membedakan tiga macam atau tipe belajar yaitu : belajar
teknis, belajar praktis, dan belajar emansipatoris. Dan 4) Bloom dan Krathwoh,
dengan tiga kawasan tujuan belajar yaitu kognitif, psikomotoris, dan afektif.
Dalam
prakteknya teori humanistik ini cenderung mengarahkan siswa untuk berpikir
induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara
aktif dalam proses belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Budiningsih, C.
Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT RINEKA CIPTA
Sugihartono,dkk.
(2006). Psikologi Pendidikan.Yoyakarta: FIP UNY
Ariefian. 2010.
Teori Belajar Humanistik. (online).
http://ariefian84.wordpress.com/2010/07/21/teori-belajar-humanistik/
Diakses tanggal 27 oktober 2013
Diakses tanggal 27 oktober 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar