Jumat, 07 Desember 2012

Idealisme Hegel


IDEALISME HEGEL
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Filsafat Umum
Dosen Pengampu : DR. Sembodo Ardi Widodo

logo-uin-suka.jpg


Disusun oleh :
1.         Rahmat Danar Duhri               (12420101)
2.         Muhammad Bilal Syari’ati      ( 12420102)
3.         Ahmad Fadil                           (12420103)


PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGUGURAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kita mengenal beberapa filsafat filsafat modern seperti empirime, rasionalisme, dan lain lain. Dan dalam dunia filsafat tidak terlepas juga para tokoh tokoh yang sangat fenomenal dalam perkembangan pemikiran pemikirannya.
Salah satu tokoh filsafat yang terkenal adalah Hegel. Hegel membangun pemahaman filsafatnya yang disebut “Idealisme Hegel atau Idealisme Absolut”. Dengan metodenya yang terkenal dengan sebutan dialektika.
Kata idealis sering kita dengar atau bahkan kita pakai dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi kata idealis dalam filsafat mempunyai arti yang sangat berbeda dari artinya dalam bahasa sehari-hari. Secara umum, kata itu dapat kita artikan ketika seseorang yang menerima ukuran moral yang tinggi, estetika dan agama serta menghayatinya.
Sedangkan idealism dalam filsafat mempunyai arti suatu aliran yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kebergantungan pada jiwa (mind) dan spirit (roh).
Pandangan ini telah dimiliki oleh Plato dan pada filsafat modern dipelopori oleh J.G. Fichte, Schelling, dan Hegel. Ketiganya memiliki kecenderungan yang berbeda-beda didalam menafsirkan apa itu idealisme dalam mengartikan ide, pikiran, jiwa dan juga realitas alam diluar manusia. Akan tetapi dalam makalah ini hanya akan membahas mengenai cara pandang Hegel saja.
Sebelum masuk dalam pembahasan cara pandang Hegel, akan terlebih dahulu dijelaskan mengenai apa itu idealisme.



B.     Rumusan Masalah
Dari pemaparan sedikit diatas muncul beberapa pertanyaan dari penulis :
1.      Apa yang dimaksud dengan idealisme ?
2.      Siapakah Hegel itu ?
3.      Apa pemikiran Hegel

C.     Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk:
1.      Mengetahui aliran filsafat idealisme
2.      Mengetahui tokoh filsafat idealisme
3.      Mengetahui pemikiran tokoh tersebut




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Idealisme
Idealisme merupakan salah satu aliran dalam sejarah filsafat barat modern yang berpandangan bahwa kenyataan akhir yang sungguh-sungguh nyata itu adalah pikiran (idea) dan bukanlah benda di luar pikiran kita (materi). Menurut sebuah kamus filsafat dikatakan bahwa idealisme adalah aliran filsafat yang berpendapat bahwa objek pengetahuan yang sebenarnya adalah ide (idea); bahwa ide-ide ada sebelum keberadaan sesuatu yang lain; bahwa ide-ide merupakan dasar dari ke-ada-an sesuatu. Di dalam filsafat, idealisme adalah doktrin yang mengajarkan bahwa hakekat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kebergantungan pada jiwa (mind) dan spirit (roh). Dalam tataran epistemologis, idealisme berpendapat bahwa dunia eksternal hanya dapat dipahami hanya dengan merujuk pada ide-ide dan bahwa pandangan kita tentang alam eksternal selalu dimediasi oleh tindakan pikiran.
Terma idealisme berasal dari akar kata Yunani idea yang berarti pandangan (vision) atau kontemplasi. Istilah ini pertama kali digunakan secara filosofis oleh filosof dan matematikawan Jerman G. W. Leibniz yang merujuk pada pemikiran Plato dan memperlawankannya dengan empirisisme. Istilah ini digunakan sebagai nama untuk teori tentang ide-ide arketip (archetypal ideas) dan untuk doktrin epistemologis Rene Descartes dan John Locke yang menyatakan bahwa ide—yang dalam doktrin ini berarti objek pemahaman manusia—bersifat subyektif dan dipunyai secara pribadi. Kata idealisme semakin populer setelah digunakan oleh Immanuel Kant yang menyebut teori pengetahuannya sebagai idealisme kritis atau idealisme transendental.
Ada beberapa aliran idealisme filosofis. Yang paling terkenal adalah idealisme Jerman yang ditandai oleh tiga tahap perkembangan dalam sosok tiga filosof. Tahapan pertama adalah J. G. Fichte yang berpandangan idealisme subjektif. Tahap selanjutnya adalah F. W. J. Schelling pada tahap menengah perkembangan filosofisnya yang berpendirian idealisme objektif. Puncak idealisme Jerman tercapai di tangan G. W. F. Hegel yang pemikirannya disebut idealisme absolut sebagai hasil sintesis dari idealisme subjektif dan objektif.

B.     Biografi Hegel (1770-1831)
Filsuf besar Hegel yang bernama lengkap Georg Wilhelm Friedrich Hegel  dilahirkan di Stuttgart pada tanggal 27 Agustus 1770 dan meninggal 14 November 1831 pada umur 61 tahun. Di masa kecilnya, ia lahap membaca literatur, surat kabar, esai filsafat, dan tulisan-tulisan tentang berbagai topik lainnya. Masa kanak-kanaknya yang rajin membaca sebagian disebabkan oleh ibunya yang luar biasa progresif yang aktif mengasuh perkembangan intelektual anak-anaknya. Keluarga Hegel adalah sebuah keluarga kelas menengah yang mapan di Stuttgart. Ayahnya seorang pegawai negeri dalam administrasi pemerintahan di Württemberg. Hegel adalah seorang anak yang sakit-sakitan dan hampir meninggal dunia karena cacar sebelum mencapai usia enam tahun. Hubungannya dengan kakak perempuannya, Christiane, sangat erat, dan tetap akrab sepanjang hidupnya.
Pada usia 18 tahun ia masuk Universitas Tubingen, Jerman. Dan mulai mempelajari filsafat dan teologi. Disana ia bertemu dengan Friedrich Hölderlin dan Friedrich Wilhelm Joseph Schelling yang kemudian berpengaruh pada perkembangan pemikirannya. Merasa senasib ketiganya menjadi teman akrab dan sering bertukar pikiran. Ketiganya memperhatikan peristiwa Revolusi Prancis dengan antusias. Schelling dan Hölderlin mempelajari filsafat Kant dengan serius, sementara Hegel bercita-cita menjadi filosof popular, yaitu menyederhanakan ide-ide sulit para filosof. Dari Tubingen ia pindah ke Switzerland dan memperdalam filsafat pengetahuan di Frankrut. kemudian Karir akademisnya menanjak ketika ia mengajar di Universitas Jena dan pada tahun 1805 Hegel ditasbih sebagai profesor filsafat.
Diantara tulisan-tulisannya yang terpenting adalah The Phenomenology of Mind, The Science of Logic, dan The Philosophy of Right. Dua yang pertama mungkin dapat disebut sebagai buku paling kabur dalam seluruh filsafat, dan tentu saja menghasilkan paling banyak tafsiran.

C.     Pemikiran Hegel
Idealisme Jerman memuncak pada Hegel, dialah seorang filsuf terakhir barat yang mempunyai bangunan filosofis yang utuh, dan hampir filsuf setelahnya hanya mengembangkan beberapa bagian saja dari isu-isu filosofis.
Inti filsafat Hegel adalah konsep Geitst (roh, spirit), suatu istilah yang diilhami oleh agamanya. Ia berusaha menghubungkan yang mutlak itu dengan yang tidak mutlak. Yang mutlak itu roh (jiwa), menjelma pada alam sehingga sadarlah ia akan dirinya. Roh itu dalam intinya idea, artinya berfikir. Dalam sejarah kemanusiaan, sadarlah roh ini akan dirinya. Demikian pula, kemanusiaan merupakan bagian pula dari idea mutlak, Tuhan sendiri.idea yang berfikir itu sebenarnya adalah gerak yang menimbulkan gerakan lain. Gerak ini menimbulkan tesis yang dengan sendirinya menimbulkan gerak yang bertentangan, antitesis. Adanya tesis dan antitesisnya itu menimbulkan sintesis dan ini merupakan tesis baru yang dengan sendirinya menimbulkan antitesisnya dan munculnya sintesis baru pula. Demikianlah proses roh atau idea yang disebut Hegel dialetika. Proses itulah yang menjadi keterangan untuk segala kejadian. Proses itu berlaku menurut hukum akal.
 Sebagai seorang filsuf yang berkembang pada masa romantisme, sebagaimana telah diaawali oleh Kant pikirannya banyak yang dipengaruhi Kant. Tetapi ia tidak pernah menjadi pengikut Kant, perbedaan diantara keduanya lebih besar daripada perbedaan Plato dan Aristoteles. Namun, Hegel tidak akan menemukan metode dialektikanya tanpa memulainya dari dalektika transendental yang dikembangkan oleh Kant dalam Critique of Pure Reason. Sekalipun demikian, filsafat Hegel amat berbeda dengan filsafat Kant, terutama tentang keterbatasan akal dan pandangan tentang spirit (ruh).
Berbeda dengan Kant, yang dalam posisi transendent, Hegel berusaha melakukan sintesis terhadap dua kecenderungan antara subjektif dan objektif idealisme, dan pada akhirnya memunculkan pandangan absolut idealisme. Menurutnya, realitas dunia adalah refleksi dari sebuah pikiran dimana segala sesuatu dinisbahkan pada ide dan maksud-maksud dari suatu akal yang mutlak. Mungkin pandangan ini seakan kembali pada idealisme ala Plato, akan tetapi Hegel telah mengembangkannya pada taraf pemikiran tentang hakekat alam dalam realitas yang lebih absolut sebagai sebuah ide. Menurutnya Ide adalah esensi dari alam dan alam adalah keseluruhan jiwa yang diobjektifkan. Alam adalah akal yang mutlak yang memngekpresikan dirinya dalam bentuk luar. Inilah yang benar-benar membedakannya dirinya dengan Kant, pandangannya tentang alam sebagai sesuatu yang absolut.
Untuk mengetahui bagaimana idealisme absolutnya Hegel berbicara, kita dapat melihatnya dari pandangan metafisikanya dan juga nantinya pandangannya tentang alam. Bagian metafisikanya dimulai dari pembahasan tentang rasio. Hegel sangat mementingkan rasio ataupun pikiran. Hal ini menunjukkan dia sebagai seoarang yang sangat idealis. Menurutnya, pikiran yang dimaksudnya bukan hanya pada manusia perorangan, tetapi adalah sebuah rasio atau pikiran pada subjek yang absolut, karena Hegel juga menerima prinsip idealistik bahwa realitas seluruhnya harus disetarafkan dengan suatu objek.
Dalil Hegel yang kebudian terkenal berbunyi :  “Semua yang real (nyata) bersifat rasional dan semua yang rasional bersifat real (nyata)”. Maksudnya, luasnya rasio sama dengan luasnya realitas. Realitas seluruhnya adalah proses pemikiran dan ide yang memikirkan dirinya sendiri. Atau dengan perkataan Hegel bahwa seluruh realitas adalah spirit yang lambat laun menjadi sadar akan dirinya.
Dalam filsafatnya Hegel menggunakan metode yang disebutnya dengan dialektika. Namun, dialektika bukanlah sekadar digunakan untuk menjelaskan. Lebih luas dari itu, menurut Hegel, dalam realitas ini berlangsung dialektika. Dialektika yang berlangsung dalam realitas itu diungkapkan oleh Hegel dalam filsafatnya. Menurut Hegel, yang dimaksud dengan dialektika adalah mendamaikan dan mengkompromikan hal-hal yang berlawanan. Proses dialektika selalu terdiri atas tiga fase. Fase pertama (tesis) dihadapi antithesis (fase kedua), dan akhirnya timbul fase ketiga (sintesis).
Berikut bagaimana sistem itu berjalan. Kita mulai dengan TESIS (suatu pernyataan diajukan bagi suatu argumen). Bertentangan dengan ini adalah suatu pernyataan kontradiktif atau ANTITESIS. Dari pertentangan ini muncullah suatu SINTESIS yang memadukan. Menurut Hegel dalam sintesis itu, tesis dan antitesis itu menjadi aufgehoben. Kata jerman ini mempunyai lebih dari satu arti. Disatu pihak kata aufgehoben berarti dicabut, ditiadakan, tidak berlaku lagi. Tetapi di lain pihak kata tersebut berarti juga diangkat, dibawa pada taraf yang lebih tinggi. Dengan perkataan lain, dalam sintesis, baik tesis maupun antitesis mendapat eksistensi baru. Atau dengan perkataan lain lagi, kebenaran yang terkandung dalam tesis dan antitesis tetap disimpan dalam sintesis, tetapi dalam bentuk yang lebih sempurna. Dan ini akan berlangsung terus. Sintesis yang dihasilkan dapat menjadi tesis baru yang menampilkan antitesis lagi dan akhirnya dua-duanya dapat diperdamaikan menjadi sintesis baru. Proses ini berlangsung terus sampai mencaapai ide absolut.
Penting diperhatikan di sini bahwa sintesis bukanlah merupakan dua garis lurus yang ujungnya bertemu dan bersatu seperti pada konvergensi. Tesis dan antithesis adalah dua garis lurus yang berhadapan, lalu bertemu dan menghasilkan sintesis.
Sekarang marilah kita memandang beberapa contoh aplikasi dialektika.
 Contoh pertama menyangkut tiga bentuk negara. Bentuk negara yang pertama ialah diktatur, di sini hidup kemasyarakatan diatur dengan baik, tetapi para warga negara tidak mempunyai kebebasan apa pun juga (tesis). Keadaan ini menampilkan lawannya, anarki (antitesis). Dalam bentuk negara ini para warga negara mempunyai kebebasan tanpa batas, tetapi hidup kemasyarakatan menjadi kacau. Tesis dan antitesis ini diperdamaikan dalam suatu sintesis, yaitu demokrasi. Dalam bentuk negara yang ketiga ini kebebasan para warga negara dijamin dan dibatasi oleh undang-undang dasar dan hidup kemasyarakatan berjalan dengan memuaskan ( sintesis). Dalam demokrasi, baik diktatur maupun anarki dijadikan "aufgehoben". Itu berarti bahwa dengan timbulnya demokrasi kedua bentuk lain sudah lewat atau sudah tidak ada lagi. Tetapi itu berarti juga bahwa apa yang bernilai dalam diktatur dan anarki masih disimpan pada taraf lebih tinggi dalam demokrasi. Yang bernilai dalam diktatur ialah hidup kemasyarakatan yang teratur dan yang bernilai dalam anarki ialah kebebasan. Nah, kedua-duanya disimpan dalam demokrasi konstistusional tetapi demikian rupa sehingga sudah diperdamaikan satu sama lain.

           Contoh kedua adalah keluarga yang terdiri dari suami, isteri dan anak. Bagi suami sang isteri adalah yang lain dan bagi isteri sang suami adalah yang lain. Suami dan isteri merupakan dua kutub yang bertentangan (tesis dan antitesis). Nah, anak dapat dianggap sebagai sintesis yang memperdamaikan tesis dan antitesis tadi. Bagi suami, anak tidak merupakan yang lain begitu saja, sebab dalam anaknya ia mendapati sebagian dirinya sendiri. Bagi isteri juga, anak tidak merupakan yang lain begitu saja, sebab dalam anaknya ia menemui sebagian dirinya sendiri. Pertentangan antara suami dan isteri sudah menjadi "aufgehoben" dalam si anak.

Contoh ketiga adalah tiga konsep yang sering dipakai dalam filsafat: "ada",  "ketiadaan",  "menjadi". "Ada"  merupakan tesis.  Lawannya adalah "ketiadaan" yang merupakan antitesis. Tetapi pertentangan ini diperdamaikan dalam sintesisnya, yaitu "menjadi". Apa sebabnya? Karena "menjadi" berarti sebagian ada sebagian tidak ada. Hal yang menjadi memang sudah ada tetapi belum sepenuh-penuhnya.



BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Idealisme secara umum selalu berhubungan dengan rasionalisme. Ini adalah mazhab epistemologi yang mengajarkan bahwa pengetahuan apriori atau deduktif dapat diperoleh manusia denga akalnya.
Idealisme di Jerman mencapai puncaknya pada masa Hegel. Ia termasuk salah satu filosof Barat yang menonjol. Inti filsafat Hegel adalah konsep Geitst (roh, spirit), suatu istilah yang diilhami oleh agamanya. Ia berusaha menghubungkan yang mutlak itu dengan yang tidak mutlak.
Untuk menjelaskan filsafatnya, Hegel menggunakan dialektika sebagai metode.yang dimaksud dengan dialektika ialah mendamaikan, mengompromikan hal-hal yang berlawanan.
Proses dialektika selalu terdiri atas tiga fase. Fase pertama (tesis) dihadapi antithesis (fase kedua), dan akhirnya timbul fase ketiga (sintesis).


silahkan download disini DOWNLOAD

1 komentar:

  1. terima kasih atas postingan kakak. ini sangat membantu kami dalam memahami idealisme. akan menjadi bahan acuan untuk tugas kami dan semoga kami juga bisa membuat artikel dari pemahan kami. terima kasih.

    BalasHapus